Thursday, 21-11-2024 ,
Kontak (0353) 551691

Berita

Belajar dari Sosok ASN Inspiratif Alm Burhanuddin

Berpulangnya sahabat Burhanuddin, (sering disapa Burhan), secara mendadak mengejutkan banyak orang (13/8). Kasi Kepenghuluan, Ditjen Bimas Islam Kemenag ini meninggalkan kesan mendalam dari banyak orang. Selain murah senyum kepada siapapun, almarhum (alm) adalah sosok humble dan rendah hati yang sangat disegani di lingkungannya.

Banyak teman-temannya yang bersaksi bahwa alm adalah orang baik. Sangat baik bahkan. Almarhum memiliki kepribadian yang jarang dimiliki orang lain. Selama berteman dengannya, tidak pernah sekalipun dia "ngambek" atau marah. Jika memiliki ide bagus, lalu tidak bisa terlaksana, dia hanya senyum-senyum atau tertawa lepas sambil bergumam: "iki piye karepe?", dengan logat khasnya dari Pemalang. 

Dalam bekerja, almarhum adalah sosok yang visioner. Banyak kolega sesama pegawai yang mengajaknya berdiskusi. Almarhum sering menjadi tempat curhat orang-orang terhadap suatu masalah. Bahkan beberapa orang mengaku sebagai "muridnya" karena pandangan-pandangannya yang brilliant. Ia mampu "ngemong" dan menjadi sparing partner dalam membangun ide-ide besar. 

Pengalaman berkawan dengan almarhum Burhan, penulis merasakan begitu berkesan. Mendengar kepergiannya, penulis benar-benar shock, dan tanpa terasa air mata mengalir. Sangat sedih. Bahkan saat menulis artikel ini, mata berkaca-kaca. Kita semua benar-benar kehilangan anak muda energik yang baik. Kepribadiannya begitu tawadhu. Setiap waktu dzuhur tiba, almarhum sangat rajin sholat berjamaah di masjid Al-Ikhlas, di kantor. Demikian juga almarhum rutin melakukan amalan puasa sunnah Senin-Kamis. Amalan yang belakangan ini jarang dilakukan oleh banyak orang.

Dari sisi penampilan, hidupnya pun sangat sederhana. Berpakaian pantas, tidak pernah mengenakan baju bermerk. Gaya hidupnya pun jauh dari glamour. Dalam beberapa kali ngobrol, almarhum seakan berkata: "urip mung sedelok, ora usah neko-neko" (hidup hanya sebentar, tidak perlu bersikap macam-macam). Sosoknya dirasakan oleh banyak orang jauh dari congkak. Jauh dari sosok ambisius yang menginginkan kedudukan, meskipun ia layak sejak lama. 

Almarhum Burhan juga sangat dedikatif dan bertanggung jawab dalam bekerja. Bahkan di akhir hayatnya, dia tetap bersemangat hingga Allah memanggil selepas salat Asar di kantor. Berdasarkan informasi dari keluarganya, almarhum belum sempat istirahat setelah pulang dinas dari luar kota. Aktifitasnya yang padat di musim pandemi ini mungkin menjadikan imunitas tubuhnya menurun drastis dan akhirnya menyerah atas takdirnya.

Sosok Inspiratif

Berdasarkan testimoni para koleganya, almarhum Burhan adalah sosok inspiratif. Dari latar belakangnya sebagai seorang aktifis ormas kepemudaan Islam, yaitu IPNU, dia memiliki cara pandang yang sistematis dalam berpikir. Burhan selalu mengungkapkan program-program yang nyata manfaatnya bagi masyarakat banyak.

Belum lama, almarhum menjadi nara sumber melalui Zoom Meeting yang diikuti para penghulu dan aparatur KUA seluruh Indonesia. Dalam paparannya, dia nampak memperjuangkan rasio jumlah penghulu dengan tingkat kebutuhan layanan di KUA. Diungkapkan bahwa pihaknya sedang mengusulkan program inpasing baru bagi calon penghulu karena jumlahnya yang tidak ideal dengan besarnya tuntutan layanan di KUA.

Demikian juga almarhum mendorong peningkatan kualitas para penghulu, terutama dalam penguasaan kitab kuning. Burhan pernah "menyesalkan" kondisi minimnya kompetensi baca kitab melalui sebuah artikel berjudul: "Penghulu dan Kitab Kuning". Dalam uraiannya, almarhum merasa prihatin karena sebagian besar penghulu tidak dapat mengakses kitab kuning. Padahal status mereka adalah para tokoh agama di daerahnya yang sering menjadi tumpuan pertanyaan dari masyarakat terkait permasalahan keagamaan.

Almarhum Burhan memiliki idealisme tinggi agar para penghulu dapat difasilitasi untuk meningkatkan kapasitas dalam penguasaan khazanah kitab kuning. Baginya, sejarah kepenghuluan merupakan jabatan prestisius di tengah masyarakat yang memiliki peran sentral sejak pemerintahan Hindia Belanda yang perlu dijaga. Para penghulu perlu di-upgrade, dan jangan hanya berhenti sebagai pejabat administratif belaka, tetapi menjadi sosok referensi keagamaan bagi publik.

Dalam hal integritas, Burhan dapat dijadikan contoh bagi ASN lain. Hampir sepanjang kariernya, dia memperjuangkan bagaimana ASN harus bisa menjaga komitmen dan integritasnya. Selama menjabat sebagai Kasi Kepenghuluan, almarhum menginginkan agar para penghulu di KUA menjaga profesionalismenya dalam melayani masyarakat. Dia selalu menandaskan bahwa penghulu atau aparatur KUA tidak boleh menerima gratifikasi, apalagi melakukan pungli. Dia begitu bersemangat melakukan pembinaan kepada para penghulu. Bahkan sangat antusias mem-BAP mereka yang terbukti melanggar aturan.

Jiwa almarhum sangat tergambar ingin memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Setiap pertanyaan Dumas melalui email atau medsos, selalu dijawabnya dengan sigap. Pernah suatu ketika penulis melakukan monitoring ke sebuah KUA dengan berpura-pura menjadi masyarakat. Kami berbagi peran. Penulis berpura-pura duduk di luar sambil menemui dan menanyai beberapa orang yang selesai mendapatkan pelayanan KUA. Sedangkan almarhum antri meminta penjelasan kepada petugas untuk mengorek berbagai hal. Burhan mencoba menggali seluruh permasalahan di lapangan untuk kemudian dilakukan evaluasi program perbaikan dan peningkatanan layanan.

Demikian juga saat menjabat sebagai salah satu Kasi di Subdit Bina Keluarga Sakinah, almarhum memiliki ide-ide besar bagaimana para calon pengantin mendapatkan bimbingan perkawinan yang layak sebagai bekal mereka sebelum menikah. Bersama dengan koleganya, dia menggerakkan para expert, seperti Mbak Alissa Wahid, Nur Rofiah, dan lainnya untuk membuat kerangka program bimbingan perkawinan hingga lahir buku-buku modul pedoman dan kebijakan Bimbingan Perkawinan yang berjalan hingga saat ini. 

Hal yang sama juga almarhum lakukan ketika masih bergabung di Subdit Halal di bawah unit Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah. Melalui sumbangsih pemikiran-pemikirannya, program jaminan produk halal terus menggelinding hingga lahir UU Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Juga lahirnya satu unit eselon I, yaitu Badan Penyekenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Tidak heran, para "mantan" koleganya di BPJPH begitu sangat kehilangan sosoknya yang terus menginspirasi banyak orang.

Meski usianya terhitung pendek (44 tahun) dan jabatan terakhirnya sebagai Kepala Seksi, namun kontribusi dan pemikiran almarhum akan dikenang oleh sejarah. Ada satu testimoni yang dikenang kolega almarhum, Ibu Jauharoh Nafisah. Saat Ibu Jauharah pamitan pamit untuk menjalani purnabhakti, alm memberi komentar: "wah selamat ya bu bisa mencapai usia pensiun tapi masih sehat. Nanti saya bisa apa nggak ya?". Rupanya kalimat tersebut sebagai penanda bahwa mas Burhan akan mendahului kita semua.

Ya, kematian memang misteri. Hanya Allah yang punya rahasianya. Manusia hanya bisa menebak-nebak, apalagi di saat dunia dilanda pendemi seperti ini. Sebagai makhluk lemah, kita sepantasnya mengisi kehidupan dengan kebaikan dan kemanfaatan untuk orang lain sebagaimana yang almarhum sudah lakukan. Kita semua terinspirasi kepada almarhum, dan hanya bisa mengantarkan doa, semoga bahagia bersama Rabb-nya dan kita semua dapat mengambil manfaat atas kebaikan-kebaikannya.

"Kafaa bil-mawti mau'idzan", cukuplah kematian itu sebagai pelajaran (bagi yang hidup). Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah, Irji'ii ilaa Rabbiki raadliyatan mardliyyah fadkhulii fii 'ibaadii, wadkhulii jannatii (Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku).

Selamat jalan kawan. Semoga engkau memperoleh tempat yang indah bersama para ahli sorga dan kelak kita bisa "bercengkerama" lagi di waktu yang dijanjikan. Amin.

 

Thobib Al-Asyhar (sahabat almarhum, Kabag Kerja Sama Luar Negeri)